Proses hebat di balik Perpustakaan
(Istriku pun salut akan profesiku)
“Menjadi pustakawan bukanlah hal
yang dulunya aku cita-citakan. Sawaktu kecil ketika ditannya orang atau guru,
pasti tak pernah terbersit di pikiranku untuk menjadi seorang Pustakawan.
Hingga waktu menjawab semua”.
Ucap lelaki itu padaku suatu malam.
Sejenak kata-kata itu seolah
benar-benar membuat aku merubah pandanganku tentang jurusan yang diambilnya
kini. Perpustakaan bukanlah tempat yang menyenangkan bagiku, apa lagi orang
yang duduk di balik meja besar dengan seperangkat alat kerjanya. Pustakawan.
Tapi toh akhirnya semua itu hilang, mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang
Pustakawan benar-benar tidak semudah dan sesederhana yang aku pikirkan
sebelumnya.
Suamiku memang belum menjadi
seorang Pustakawan. Tapi semua yang pernah ia lakukan sebagai “calon pustakawan” cukup membuat aku membuka mata
bahwa di balik anggapan sepele kepada seorang pustakawan , Dia adalah pahlawan
para pelajar,mahasiswa, masyarakat atau orang-orang yang hoby membaca, atau
dalam istilah yang ia gunakan, “pemustaka”.
Awalnya aku malu jika ditanya
tentang prody suamiku, karena nantinya aku hanya akan mendapati dia yang
menunggui buku, menatap sinis para pengunjung perpustakaan, dan menata
buku-buku berserakan. Kemudian senyumku mengembang. Mengingat betapa kolotnya
aku memandang rendah seorang Pustakawan.
Pustakawan itu hebat, dia tak
hanya menata buku di rak atau menulis data peminjam buku. Dia cerdas karena harus mengerjakan
banyak hal dengan satu buku saja, pertama ia harus registrasi bahan pustaka
meliputi mengelompokkan jenis bahan pustaka (buku teks, majalah, jurnal,
bulletin, prosiding dan laporan penelitian) setelah itu pencatatan indentitas buku
ke dalam buku induk,mengindentitas bahan pustaka dengan stempel dan melakukan penomoran
bahan pustaka berdasarkan judul dan jumlah eksemplar. Setelah itu pengkatalogan,
labeling serta pengerakan (selving).
Sebuah pekerjaan yang hebat
bukan? Bayangkan semua itu dilakukan kepada semua buku di perpustakaan. Selama
ini saya hanya tahu meminjam, dan mengembalikannya tepat waktu. Tanpa mau tahu
proses hebat di balik seorang Pustakawan. Tak hanya itu, ternyata Pustakawan
pun dituntut menjadi seorang yang ramah pada semua orang, ulet, dan tidak
mengantuk saat bekerja. Jauh dari anggapan saya sebelumnya.
Kini, aku bangga menyebut profesi
suamiku nantinya. Aku bangga dengan pekerjaan hebat dan mulia yang ia lakukan.
Dia pahlawan yang sesungguhnya, dialah dibalik semua kesuksesan sebuah kegiatan
“membaca”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar